Asyhadu
an-laa ilaaha illallaah (Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah),
Wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah (dan saya bersaksi Muhammad
SAW adalah Utusan Allah).
.Kalimat diatas menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah.
Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang.
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.Para malaikat dan orang- orang yang berilmu [juga menyatakan yang demikian itu].Tak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.2 Al-Baqara :18)Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok [akhirat],dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.59. Al-Hasr :18)
|
Sebagai Umat islam meyakini adanya Allah SWT dan mengetahui
sifat-sifatnya, agar menjadi mukmin sejati. Dengan modal iman inilah
kita akan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.A. Pengertian Iman kepada Allah SWT
Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan.Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
“Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.”
(HR Thabrani)
Dari penjelasan Hadits di atas dapat
disimpulkan bahwa iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota
badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan
dan anggota badan.
Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar.
Tanpa adanya iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada
yang lain, seperti beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul
Allah dan hari kiamat.Firman Allah SWT :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab Allah yang diturunkan sebelumnya, Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
(QS.An Nisa : 136)
B. Sifat-Sifat Allah SWT
Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan
Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah SWT memiliki sifat
wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.- Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT – Sifat wajib Allah berjumlah 13.
- Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT – Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
- Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. – Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang.
Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”
C. Dalil Naqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT
Sifat-sifat Allah yang wajib kita imani ada 20, diantaranya :
|
1. Wujud ( Ada )
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.
Sifat mustahil-Nya adalah : Adam yang berarti tidak ada.Untuk itulah kita tidak boleh meragukan atau mempertanyakan keberadaanNya.
Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya.
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam“ … (QS. Al-A’raf :54)
Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah
SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa menggunakan akal
sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya.
- Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal ?
- Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu ?
- Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
- Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.
Selain melihat alam semesta, kita juga
dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti manusia dengan segala
perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa semua
yang ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa (
Allah SWT).
Terkait dengan hal ini Allah SWT berfirman :“Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?” … (QS.Al Muminun :78-80)
|
2. Qidam ( Dahulu atau Awal )
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.
Sifat mustahil-Nya adalah : Hudus yang artinya baru.Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam.
Firman Allah SWT :
“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu“ … (QS. Al-Hadid :3)
Adanya Allah itu pasti lebih awal
daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan Allah didahului oleh
mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan hancur berantakan. Hal ini
tentu mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta, tidak mungkin
ciptaannya lebih dahulu daripada yang menciptakan..
|
3. Baqa’ ( Kekal )
Sifat mustahilnya adalah : Fana’ artinya rusak atau binasa.Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya.
Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan menjadi tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur maka lama kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita berbangga diri di hadapan Allah SWT.
Betapa tidak patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki karena segala kehebatan itu hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal.
Firman Allah SWT :
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan“ … (QS. Ar-Rahman :26-27)
|
4. Mukhalafatu lil hawadits ( berbeda dengan Ciptaannya )
Sifat mustahil-Nya adalah : Mumasalatu lil hawadisiArtinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain.
Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya, bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang membuatnya.
Firman Allah SWT :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat“ … (QS. Asy-Syura :11)
Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman dalam ayat yang lain yang berbunyi :
“……….Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia(Allah).” … (QS Al Ikhlas :4)
Dari dua ayat di atas dapat diambil
pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu adalah tentang
keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun
dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya..
|
5. Qiyamuhu binafsihi ( Allah berdiri sendiri )
Qiyamuhu
Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa
membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada
dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan.
Contohnya,Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
Sifat mustahil-Nya adalah : Ihtiyaju lighairihi,
artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.
Firman Allah SWT :
“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.”
(QS Ali Imran:2)
Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang
sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Akan
tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat mandiri supaa
tidak bergantung pada orang lain.
|
6. Wahdaniyyah ( Esa atau Tunggal )
Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.
Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.
Sifat mustahil-Nya adalah : Ta’adud
Artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :
”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” … (QS Al Ikhlas :1-4)
Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan
hal yang paling prinsip. Seseorang dianggap muslim atau tidak ,
bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini dapat
dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut dengan membaca
syahadat tauhid yang berbunyi : “Aku bersaksi tiada Tuhan selain
Allah.”
|
7. Qudrat ( Berkuasa )
Kekuasaan
Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak
ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap
makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang
membatasi.
Sifat mustahil-Nya adalah : ‘Ajzu, artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu“ … (QS. Al-Baqarah :20)
Sungguh idak patut manusia bersifat
sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena sebesar apapun Allah
SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang
hidup di muka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.
|
8. Iradat ( Berkehendak )
Allah
SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa
ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun
yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah
SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia
mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan.
Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT.
Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia
memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak
terbatas.Sifat mustahil-Nya adalah : Karahah,
Artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa).
Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah” …. (QS. Yasin : 82)
Sebagai manusia kita harus mempunyai
kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan membangun hari esok
yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat
sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan
mengharap rida Allah SWT.
|
9. Ilmu ( Mengetahui )
Sifat mustahil-Nya adalah : Jahlun yang artinya bodoh.Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.
Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman Allah SWT :
”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” … (QS Al Hujurat:16)Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu. Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.
|
10. Hayat ( Hidup )
Hidupnya
Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya
sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang
diciptakan-Nya.
Sifat mustahil-Nya adalah : Mautun yang artinya mati. Contohnya,
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
Firman Allah SWT :
”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur” … (QS Al Baqarah: 255)
Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi
seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu
berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi
dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita
pertanggung jawabkan.
|
11. Sam’un ( Mendengar )
Allah
SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada
suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah
dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.
Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena
tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya
dibatasi ruang dan waktu.Sifat mustahil-Nnya adalah : Summun artinya tuli (tidak mendengar).
Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya.
Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil bersifat summun .
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut.
”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah :76)
Sebagai seorang muslim seharusnya kita
senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara dengan bahasa yang
santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena
Allah SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun
di dalam hati.
|
12. Basar ( Melihat )
Allah
SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan
Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau
dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau
tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
Sifat mustahil-Nya adalah : ‘Umyun, artinya buta. Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.
Firman Allah SWT sebagai berikut.
”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT
hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa
berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan
tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT.
Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung jawabkannya kelak di akhirat.
|
13. Kalam ( Berbicara / Berfirman )
Allah
SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu
tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan
(panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.
Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun
sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya
wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi
Muhammad SAW.Sifat mustahi-Nya adalah : Bukmun, artinya Bisu.
Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah maupun larangan.
Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah SWT
”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas”
(QS AnNisa’ :164)
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT
hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah,
artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka
segeralah membaca istighfar.
Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah.
Selain itu, kita juga harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah
lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.
|
14. Kaunuhu Qadirun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa.
Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya.
“Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“(QS. Al Baqarah :20).
|
15. Kaunuhu Muridun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala ,tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada
sifat Iradat.Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak.
.
Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … (QS. Hud :107)
|
16. Kaunuhu ‘Alimun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi.
Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
“Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“ … (QS. An Nisa’ :176).
|
17. Kaunuhu Hayyun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.
Allah adalah Dzat Yang Hidup.
Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“
(QS. Al Furqon :58)
|
18. Kaunuhu Sami’un
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, iaitu lain daripada sifat Sama’.
Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar.
Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256).
|
19. Kaunuhu Basirun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.
Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia.
Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)
|
20. Kaunuhu Mutakallimun
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.
Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran.
Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.
D. Hikmah Beriman kepada Allah SWT
Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan banyak hikmah diantaranya :
- Meyakini kebesaran Allah SWT
- Meningkatkan rasa syukur
- Selalu menjalankan perinyah-Nya.
- Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.
- Tidak takut menghadapi kematian
0 komentar:
Post a Comment