A. Pengertian PKP (Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000)
-
|
Pengusaha (Perusahaan) yang tidak termasuk Pengusaha Kecil yang
menyerahkan Barang Kena Pajak /Jasa Kena Pajak.
|
-
|
Pengusaha yang memenuhi syarat ini, wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.
|
-
|
Pengusaha kecil yang menyerahkan BKP/JKP, dan memilih menjadi Pengusaha
Kena Pajak.
Pengusaha kecil diberikan pilihan untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak atau tidak menjadi Pengusaha Kena Pajak. Artinya, hukumnya tidak wajib. |
a)
|
Pengusaha yang baru berniat akan melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak/Jasa Kena Pajak (dalam tahap pra operasi/belum berproduksi komersial),
artinya perusahaan tersebut belum memulai usahanya tetapi dari kegiatan
persiapan yang dilakukan seperti pembelian barang modal atau bahan baku dapat
diketahui bahwa Pengusaha ini berniat akan melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak/Jasa Kena Pajak.
|
b)
|
Bentuk kerja sama operasi (Joint Operation/Joint Venture) yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak.
Apabila Joint Operationt tersebut hanya merupakan alat koordinasi, sedangkan transaksi penyerahan BKP/JKP tetap dilakukan sendiri-sendiri oleh peserta JO, maka JO tersebut tidak perlu dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. |
Bagaimana tata cara pengusaha kecil berdasarkan 552/KMK.04/2000 Jo 571/KMK.03/2003, SE -
33/PJ.51/2003 ?
- Sejak 1 Januari 2003 Batasan Pengusaha kecil adalah Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) untuk pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak.
- Sebelum 1 Januari 2003 Batasan Pengusaha Kecil adalah :
- Rp 360 Juta peredaran bruto setahun untuk :
§ Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP
§ Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan JKP, tetapi penyerahan BKP
lebih dari 50% dari total peredaran bruto dan penerimaan bruto
- Rp 180 Juta peredaran bruto setahun untuk :
- Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP
- Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan JKP, tetapi penyerahan JKP lebih dari 50% dari total peredaran bruto dan penerimaan bruto.
- Beberapa hal seputar pengukuhan PKP :
- Pengusaha kecil yang omsetnya telah melampaui
batasan omset Rp 600 juta, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan setelah bulan
terlampauinya batasan tersebut. Apabila batas waktu pelaporan tersebut
terlampaui, maka saat pengukuhan sebagai PKP adalah awal bulan
berikutnya.
Contoh :
Bapak Meidi terdaftar di KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua memiliki toko onderdil mobil di Pusat Onderdil Fatmawati, omset bulan Januari s.d. April 2004 mencapai Rp 500 juta. Sementara omset bulan Mei 2004 adalah Rp 300 Juta. Dengan demikian, batasan Pengusaha Kecil telah terlampaui pada bulan Mei 2004, sehingga Bapak Meidi harus segera melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP kepada KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua selambat-lambatnya 30 Juni 2004. Namun jika Bapak Meidi baru melaporkan usahanya pada tanggal 20 Juli 2004, maka saat pengukuhan PKP terhitung mulai tanggal 1 Juli 2004. - Dalam hal pengukuhan dilakukan secara jabatan,
maka saat pengukuhan adalah awal bulan kedua setelah bulan terlampauinya
batasan pengusaha kecil.
Jika dalam contoh diatas, Bapak Meidi tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP Jakarta Kebayoran Baru Dua dan berdasarkan hasil ekstensifikasi pada bulan Desember 2004 diketahui bahwa batasan Pengusaha Kecil telah terlampaui pada bulan Mei 2004. Maka saat pengukuhan sebagai PKP terhitung sejak tanggal 1 Juli 2004 dan atas PPN terutang bulan Juli s.d. Nopember 2004 beserta sanksi bunga 2 % sebulan dari PPN terhutang. - Kewajiban untuk memungut, menyetorkan dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terhutang dimulai sejak saat pengukuhan sebagai PKP.
d. Hak dan Kewajiban Pengusaha Kena Pajak (Pasal 3A Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2000) :
e. Kewajiban PKP
a.
|
Pengusaha yang telah wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak atau Pengusaha
Kecil yang memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak seperti tersebut diatas
berkewajiban untuk :
|
|
|
1)
|
Melaporkan usahanya (mendaftarkan perusahaannya) untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak.
|
|
2)
|
Memungut PPN/PPn BM yang terutang.
|
|
3)
|
Menyetor PPN/PPnBM yang terutang (yang kurang dibayar)
|
|
4)
|
Melaporkan PPN/PPn BM yang terutang (menyampaikan SPT Masa PPN/PPn BM).
|
b.
|
Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak tidak
wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi boleh memilih menjadi Pengusaha
Kena Pajak atau tidak. Dengan demikian, atas penyerahan Barang Kena
Pajak/Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kecil tidak dikenakan PPN, kecuali jika
Pengusaha Kecil tersebut memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
|
|
c.
|
Apabila sampai dengan suatu bulan dalam satu tahun buku, peredaran bruto
(omzet) Pengusaha telah melewati batasan Pengusaha Kecil, Pengusaha tersebut
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak,
selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya.
|
|
d.
|
Apabila dalam satu tahun buku peredaran bruto Pengusaha Kena Pajak tidak
melebihi batasan Pengusaha kecil, maka Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan
dapat mengajukan permohonan pencabutan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
|
f. Hak PKP
a.
|
Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP
|
b.
|
Restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN
|
g. Proses Pencabutan PKP :
a.
|
Direktur Jenderal Pajak akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
|
b.
|
Keputusan akan diberikan dalam jangka waktu 2 bulan sejak permohonan
diterima.
|
c.
|
Jika Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu 2 bulan,
maka permohonan tersebut dianggap dikabulkan dan keputusan pencabutan akan
diberikan selambat-lambatnya 1 bulan setelah 2 bulan tersebut.
|
h. Contoh :
PT A bergerak dalam bidang perdagangan garmen. Selain itu, PT A juga
melakukan penyerahan jasa pengecetan gedung. Pada Masa September 2002, PT A
melakukan pengecetan penjualan garmen s.d. September 2002 sebesar Rp
350.000.000,00 dan penyerahan jasa pengecetan gedung s.d. bulan September
2002 Rp 50.000.000,00. Dari kasus ini dapat dihitung Peredaran usaha PT A
s.d. September 2002 adalah sebesar Rp 400.000.000,00 (87,5% penyerahan BKP).
Jadi dalam hal ini PT A sudah berkewajiban melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir bulan Oktober
2002.
sumber : http://www.pajakonline.com
|
0 komentar:
Post a Comment