Pembelian Aset Tetap secara Gabungan (Lumpsump)
Apabila aset tetap yang dibeli secara
gabungan, atau lebih dari satu jenis aset tetap, harga perolehannya
dialokasikan atau dibagi kepada masing masing aset tersebut. pengalokasian
harga perolehan gabungan berdasar pada perbandingan nilai wajar pada tiap aset
yang bersangkutan.
Contoh
:
Suatu
tanah, bangunan dan peralatan diperoleh dengan harga Rp.8000, menurut taksiran
fiskus, harga masing-masing aktiva tersebut adalah : Tanah Rp. 3.100, bangunan
Rp. 2.500 dan peralatan Rp. 1.500 maka untuk menentukan harga perolehan masing-masing
aktiva tersebut adalah :
Perolehan Aset
Tetap
|
Dan
jurnalnya sebagai berikut:
Debit
|
Land
|
3.500
|
|||
Debit
|
Building
|
2.800
|
|||
Debit
|
Equipment
|
1.700
|
|||
Credit
|
|
|
Cash
|
8.000
|
Akun-akun yang Tergolong Aset Tetap
Banyak jenis
akun dalam perusahaan yang tergolong dalam aset tetap. Namun, klasifikasi aset
tetap yang dibuat oleh perusahaan biasanya terdiri dari:
1. Tanah
2. Gedung
3. Kendaraan
4. Peralatan
kantor
5.
Mesin-mesin pabrik
Penentuan harga perolehan aktiva tetap dg cara membeli
Misalkan perusahaan membeli sebidang tanah dengan harga jual Rp 250.000.000,- Diatas tanah tersebut terdapat sebuah bangunan/gedung tua, yang jika bangunan tersebut akan dibongkar biayanya sebesar Rp 10.000.000,- Biaya balik nama Rp 2.500.000,- biaya komisi perantara Rp 10.000.000. sehingga harga perolehan tanah tersebut adalah :
Misalkan perusahaan membeli sebidang tanah dengan harga jual Rp 250.000.000,- Diatas tanah tersebut terdapat sebuah bangunan/gedung tua, yang jika bangunan tersebut akan dibongkar biayanya sebesar Rp 10.000.000,- Biaya balik nama Rp 2.500.000,- biaya komisi perantara Rp 10.000.000. sehingga harga perolehan tanah tersebut adalah :
Harga tunai
tanah……………………..Rp 250.000.000,-
Pembongkaran
gedung…………..........Rp 10.000.000,-
Biaya balik
nama……………………...Rp 2.500.000,-
Biaya
komisi/makelar…………………Rp 10.000.000,-
Harga perolehan tanah …………Rp 272.500.000,-
Misalkan PT
XYZ membeli mesin pabrik seharga Rp150.000.000,- pengeluaran lain yang
berkait dengan pembelian mesin pabrik yaitu : pajak pertambahan nilai (PPn) Rp
15.000.000,- premi asuransi pengangkutan atau kecelakaan Rp
400.000,- pemasangan dan pengujian Rp.6.000.000,- dan biaya service/perbaikan
karena terjadi kesalahan dalam pemasangan Rp 800.000,-, maka :
Harga tunai
mesin……………………Rp 150.000.000,-
PPn……………………………………..Rp
15.000.000,-
Asuransi
pengangkutan………………...Rp 4.000.000,-
Pemasangan
dan pengujian…………….Rp 6.000.000,-
Harga perolehan mesin…………..Rp 175.000.000,-
Jurnal:
(pembelian
mesin).
Mesin
pabrik
Rp 175.000.000,-
Kerugian
pemasangan mesin Rp
800.000,-
Kas
Rp 175.800.
MASALAH
KHUSUS DLM PENENTUAN H.PEROLEHAN
a.
Pembelian
dengan menggunkan wesel berbunga.
b.
Pembelian
dalam satu paket
c.
Perolehan
dengan membangun sendiri.
a. Pembelian
dengan menggunakan wesel berbunga.
Misalkan PT.ABC membeli sebuah mesin
pabrik pemintalan benang yang harga tunainya Rp.10.000.000,- PT.ABC memberikan
uang muka sebesar Rp 2.000.000,- dan sisanya dibayar dengan wesel senilai
Rp.8.000.000,- jangka waktu 1 tahun, dengan
bunga 10%
jurnal : (mencatat transaksi pembelian)
Mesin
pabrik
Rp10.000.000,-
Kas
Rp 2.000.000,-
Utang
wesel
Rp 8.000.000,-
Catatan : wesel saat jatuh tempo.
Jurnal : Utang
wesel Rp 8.000.000,-
Utang bunga
Rp 800.000,-
(10% x Rp8.000.000)
Kas
Rp8.800.000,-
1.
Pembelian
Kontan
Aktiva yang
diperoleh dengan pembelian kontan adalah sebesar harga perolehan aktiva tetap
ditambah dengan biaya-biaya lain, dikurang diskon pembelian. Biaya-biaya lain
yaitu biaya yang berhubungan dengan pembelian aktiva tetap tersebut seperti
biaya angkut, biaya asuransi dalam perjalanan, biaya penelitian, registrasi,
dan pengukuhan hak milik, biaya instalasi, dan biaya percobaan.
Contoh :
PT X membeli bangunan seharga Rp 100.000.000,-
biaya-biaya lain yang dikeluarkan adalah biaya akte notaris Rp 500.000,- biaya
perantara Rp 1.000.000,- dan biaya pembersihan Rp 200.000,-. Dari transaksi
tersebut, maka harga perolehan bangunan tersebut dapat dihitung sebagai berikut
:
Harga Beli Rp
100.000.000,-
Akte Notaris 500.000,-
Biaya
Perantara 1.000.000,-
Biaya
Pembersihan 200.000,-
Harga
Perolehan Rp 101.700.000,-
Maka jurnal
perolehan bangunan tersebut :
Bangunan Rp 101.700.000,- -
Kas - Rp 101.700.000,-
Apabila
terdapat potongan harga untuk pembeli yang dapat membayar secara tunai atau
dalam waktu tertentu maka dikurangi dari harga perolehannya. Potongan tersebut
biasanya disebutkan dalam syarat pembayaran seperti penjualan dengan syarat
8/10, n/30. Potongan harga ini ada yang dimanfaatkan oleh perusahaan dan ada
yang tidak dimanfaatkan oleh perusahaan.
Contoh:
Dengan
menggunakan contoh sebelumnya, jika pembelian dibayar tunai maka mendapat
potongan 8%.
Apabila
potongan dimanfaatkan :
Bangunan (100.000.000 – (8% x 100.000.000)) Rp 92.000.000,-
Akte Notaris…………………………………... Rp 500.000,-
Biaya Perantara……………………………….. Rp
1.000.000,-
Biaya Pembersihan……………………………. Rp 200.000 ,-
Rp
93.700.000,-
Maka
jurnalnya menjadi :
Bangunan Rp 93.700.000,- -
Kas - Rp 93.700.000,-
Pada jurnal ini potongan pembelian harus diperlakukan
sebagai pengurang harga perolehan aktiva bukan dilaporkan sebagai pendapatan.
Namun jika potongan tersebut tidak dimanfaatkan, maka harus dilaporkan sebagai
Diskon yang Tidak Diambil atau Beban Bunga.
Apabila potongan tidak dimanfaatkan, maka jurnalnya
adalah:
Bangunan Rp 93.700.000,- -
Diskon yang Tidak Diambil Rp
8.000.000,- -
Kas - Rp101.700.000,-
Apabila beberapa aktiva dibeli sekaligus dengan harga
borongan (lump sum) maka harus
dipisahkan nilai masing-masing aktiva.
Angka pembanding yang dapat dipakai dalam menentukan nilai
masing-masing aktiva adalah:
a.
Harga pasar
yang wajar
b. Harga penilaian menurut lembaga
penilaian yang objektif, jika harga pasar yang wajar tidak ada.
Apabila aktiva bekas dibeli, maka harus dicatat sebesar harga beli ditambah
biaya-biaya reperasi dan perbaikan sehingga aktiva tersebut bisa dipakai.
2. Pembelian secara Kredit Jangka
Panjang
Pembelian
aktiva tetap secara kredit atau angsuran biasanya dilakukan dengan pembayaran
uang tunai terlebih dahulu dan selanjutnya di bayar secara angsuran. Dalam hal
ini bunga yang termasuk dalam program pembayaran harus diakui sebagai beban
dalam periode yang tercakup di kontrak, apabila suku bunga tidak dicantumkan
didalam kontrak maka komponen bunga harus ditaksir dengan menyelisihkan antara
nilai nominal kewajiban atau jumlah uang yang harus dibayar dengan taksiran
harga pasar aktiva pada tanggal terjadinya transaksi diakui sebagai beban bunga
selama masa berlakunya kontrak.
Contoh :
Perusahaan
Wifa membeli mobil dinas secara kredit dengan harga Rp 240.000.000,- dan
membayar tunai sebesar Rp 40.000.000,-. Sisanya akan diangsur selama 4 tahun,
perusahaan dibebani bunga sebesar 10% per tahun.
Dari
transaksi tersebut, maka jurnal untuk mencatat transaksi di atas adalah :
Jurnal
Pembelian
Mobil Dinas Rp 240.000.000- -
Utang - Rp 200.000.000,-
Kas - Rp 40.000.000,-
a. Jika bunga angsuran dibebankan berdasarkan sisa utang
Angsuran
pertama :
Angsuran per
tahun = Rp 200.000.000 : 4 =
Rp 50.000.000,-
Bunga untuk
tahun pertama= 10% x Rp 200.000.000,- = Rp
20.000.000,-
Total
angsuran pertama Rp 70.000.000,-
Jurnal
Angsuran Pertama
Utang Rp 50.000.000,- -
Biaya Bunga Rp 20.000.000,- -
Kas - Rp 70.000.000,-
Angsuran kedua
:
Angsuran per
tahun =
Rp 50.000.000,-
Bunga untuk
tahun kedua= 10% x Rp 150.000.000,- = Rp 15.000.000,-
Total
angsuran kedua Rp
65.000.000,-
Jurnal
Angsuran Kedua
Utang Rp 50.000.000,- -
Biaya Bunga Rp 15.000.000,- -
Kas - Rp 65.000.000,-
Angsuran
ketiga :
Angsuran per
tahun =
Rp 50.000.000,-
Bunga untuk
tahun ketiga= 10% x Rp 100.000.000,- =
Rp 10.000.000,-
Total
angsuran ketiga Rp
60.000.000,-
Jurnal
Angsuran Ketiga
Utang Rp 50.000.000,- -
Biaya Bunga Rp 10.000.000,- -
Kas - Rp 60.000.000,-
Angsuran
keempat :
Angsuran per
tahun =
Rp 50.000.000,-
Bunga untuk
tahun keempat= 10% x Rp 50.000.000,- = Rp 5.000.000,-
Total
angsuran keempat Rp 55.000.000,-
Jurnal
Angsuran Keempat
Utang Rp 50.000.000,- -
Biaya Bunga Rp 5.000.000,- -
Kas - Rp 55.000.000,-
b. Jika bunga dibebankan berdasarkan
saldo awal utang
Jika bunga
dibebankan berdasarkan saldo awal utang maka nilai bunga akan tetap dari tahun
pertama sampai tahun terakhir angsuran.
Angsuran
pertama :
Angsuran per
tahun =
Rp 50.000.000,-
Bunga untuk
tahun pertama= 10% x Rp 200.000.000,- = Rp
20.000.000,-
Total
Angsuran Rp 70.000.000,-
Jurnal Angsuran
Pertama
Utang Rp 50.000.000,- -
Biaya Bunga Rp 20.000.000,- -
Kas - Rp 70.000.000,-
3. Pembelian dengan Surat Berharga
Aktiva tetap
yang dibeli dengan surat berharga dicatat sebesar harga pasar surat berharga
pada saat pembelian. Jika harga pasar surat berharga lebih tinggi dari nilai
nominal, maka selisihnya dicatat sebagai agio dan jika harga pasar lebih kecil
dari nilai nominal, maka selisihnya dicatat sebagai disagio. Jika nilai pasar
yang memuaskan tidak dapat diperoleh baik untuk surat berharga yang diterbitkan
atau aktiva yang diperoleh, nilai-nilai yang ditetapkan oleh dewan direksi
dapat diterima untuk kepentingan akuntansi.
Contoh :
Suatu
perusahaan membeli mesin pabriknya dengan mengeluarkan 1000 lembar saham biasa
dengan nilai nominal @ Rp 100.000,-, harga pasar saham @ Rp 120.000,-.
Maka ayat
jurnalnya adalah :
Mesin pabrik Rp 120.000.000,- -
Modal Saham - Rp 100.000.000,
Agio saham - Rp 20.000.000,-
Sebaliknya
apabila diketahui harga pasar saham perusahaan saat terjadinya transaksi adalah
Rp 96.000,- per lembar, maka ayat jurnalnya adalah :
Mesin pabrik Rp 96.000.000,- -
Disagio saham Rp 4.000.000,- -
Modal saham - Rp 100.000.000,-
4. Diterima dari Sumbangan (Hibah)
Aktiva tetap
yang diperoleh melalui sumbangan atau hibah dari pemerintah, maka dasar
penilaian aktiva tersebut tidak memiliki harga pokok. Aktiva tetap yang
diperoleh melalui hibah atau pemberian harus dinilai sesuai nilai pasar
wajarnya walaupun ketika mendapatkan aktiva tetap tersebut perusahaan
mengeluarkan biaya-biaya, namun biaya tersebut terlalu kecil.
Contoh :
PT Wiwarna
mendapatkan sumbangan dari Pemerintah Kotamadya Medan berupa tanah dan
bangunan. Untuk pelimpahan hak milik atas tanah dan bangunan tersebut
dikeluarkan beban sebesar Rp 5.000.000,-. Harga pasar tanah dan bangunan
tersebut masing-masing adalah Rp 200.000.000,- dan Rp 150.000.000,- maka ayat
jurnalnya adalah :
Tanah Rp
200.000.000,- -
Bangunan Rp
150.000.000,- -
Modal Sumbangan - Rp 345.000.000,-
Kas - Rp 5.000.000,-
5. Aktiva tetap yang dibangun sendiri
Pada umumnya
perusahaan sering membuat atau membangun sendiri aktiva tetap yang
diperlukannya. Oleh karena itu harga perolehan aktiva tetap yang dibangun
adalah sebesar biaya yang dikeluarkan untuk membangun aktiva tetap tersebut
dapat digunakan.
Adapun
beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun atau membuat sendiri
aktiva tetap yang diperlukan yaitu memanfaatkan fasilitas yang menganggur,
menghemat biaya konstruksi, dan untuk mencapai standar kualitas konstruksi yang
lebih tinggi. Aktiva tetap yang dibangun sendiri harus berdasarkan cost atau harga perolehannya.
Contoh :
PT Stefa
Wardani membangun gedung pabrik yang baru dengan nilai perolehan sebesar Rp 120.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah :
Bangunan Rp
120.000.000,- -
Kas - Rp 120.000.000,-
Jika
terdapat inefisiensi yang mana harga pasar bangunan sebesar Rp 110.000.000,-
maka ayat jurnalnya adalah :
Bangunan Rp
110.000.000,- -
Kerugian dalam membangun sendiri Rp
10.000.000,- -
Kas - Rp 120.000.000,-
0 komentar:
Post a Comment